by weidi nugie | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
emmmm.. |
Persahabatan apakah arti dari kata ini, seakan mudah untuk diucapkan namun sulit untuk dimengerti. Saat ini aku mempunyai dua orang sahabat yang sangat berbeda cara berfikirnya ataupun pandangnya, sikapnya, cara bicaranya, tempramentnya bahkan suku budaya maupun golongannya. Sahabatku yang satu adalah sosok pria pendiam yang dingin dan membuat orang penasaran yang hanya mau diperhatikan, dan dia sudah memiliki pacar yang sangat disayanginya, tingkahnya kadang aneh. Kalau sedang happy dengan pacarnya aku sering dilupakanku, sementara sahabatku yang satunya adalah pria yang humoris, cerewet, penuh perhatian dan yang paling penting dia masih jomblo, sudah setahun dia tidak memiliki kekasih hati.
“Hello, Nii….. lagi ngapain? Da makan belum? Kenapa belum makan?, jangan tidur malam-malam ya!”, itu kalimat yang sering diucapkan sahabatku Redo, Entah sudah berapa kali kalimat itu muncul di ponselku ketika ia mengirimkan pesan tertulis. Ia adalah sahabatku yang penuh perhatian, namun karena perhatiannya yang super aktif itu sering membuatku jadi uring-uringan, maka ga salah dia sering menyebutku nona cerewet, namun jika satu hari saja dia tidak memperhatikanku aku seakan kehilangan semangat. Ya dia adalah sahabat yang baik bagiku namun sayang kami tidak pernah ketemu, kami hanya dapat berkomunikasi lewat ponselku yang jadul. Ingin rasanya aku bertemu dengannya, jalan, bercerita bersamanya dengan puas tapi jarak kami terlalu jauh menjadikan hambatan kami untuk tidak bertemu. Setiap kali merindukannya aku mencari sebuah lilin hadiah darinya pada waktu hari jadi persahabatan kami, Dia ingin aku dan dia sama-sama saling menerangi hati kami, dan ia berpesan ketika lilin ini menyala aku harus menjaga lampu lilin itu agar tidak padam, hal ini menurut kami melambangkan persahabatan kami yang tidak akan pernah berakhir sampai kapanpun. Memang untuk kebanyakan orang kaya jarak bukanlah masalah, tapi bagi kami itu merupakan suatu penghalang yang sangat besar. Aku harus menyelesaikan kuliahku dengan banting tulang siang dan malam sebagai pengajar les disebuah kota kecil di Bekasi sementara dia baru selesai kuliah dan penghasilannya masih serba kekurangan. Ya ini merupakan sesuatu yang sangat menyedihkan buatku.
“Wei.. ayo pulang! Mau pulang apa nginep dikampus?” ajak sahabatku yang bernama Rudi setiap hari dia selalu menemaniku pulang, tak terhitung lagi berapa kali ia mengantarku pulang dengan motor yang dipakainya, kadang memakai motor kantornya, kadang motor kakanya. Dia adalah sahabatku yang baik, meskipun dia cenderung tertutup dan terkesan pendiam, namun sebetulnya ia adalah sosok sahabat yang baik. Ia adalah temen sekampusku, dia kaka tingkatku dan beda jurusan dengan ku namun aku tetap enjoi ketika aku berada didekatnya, tak jarang mahasiswa dikampusku mengatakan kami adalah pasangan kekasih meskipun pada kenyataanya itu tidak benar. Selain kuliah dia juga bekerja disebuah yayasan. Aku tau dia kadang membuatku kesal apalagi pikirannya saat ini selalu dipenuhi dengan pertunangan, keinginannya untuk bertunangan secepatnya membuat aku kesal. Bulan depan Ia harus pergi PKL dan meninggalkanku, yang membuatku kesal ia PKL dikota tempat pacarnya tinggal, alasannya adalah jika kangen dengan pacarnya dapat langsung ketemu. Ya begitulah jika kita mempunyai seorang sahabat yang lagi mabuk cinta, apa boleh dikata setiap orang pasti akan merasakannya dan apa boleh dikata sebagai sahabat yang baik aku harus mendukungnya dan menasehatinya.
Dua sahabatku ini memang memiliki sifat dan temperament yang berbeda dan aku harus benar-benar memahaminya, namun biar bagaimanapun aku sangat menyayangi keduanya, aku ingin mereka ada didekatku, merasakan kebahagiaan dan kesusahan yang aku alami secara nyata, aku seperti tidak dapat dipisahkan dari keduanya, aku menyayangi mereka lebih dari sahabat, aku sudah menganggap mereka seperti kakaku sendiri. mungkinkan itu akan terwujud?.
walau pun,baca nya ga sampei habis......
BalasHapussy menilai,tulisan ini sudah cukup bagus,baik kata2x,lakimat2x.......dan gaya bahasa nya.lebih baik lagi klo di tuang kan melalui buku.....mantap non,lanjutkan nulis nya.
( Kangen Jauh )
terima kasih pak....
BalasHapus