Tanpa aku sadari sekarang sudah bulan kedua berlalu setelah pertemuanku yang terakhir dengan Rudi, perhatian Rudi kian pudar dan kabarnya ga pernah aku dengar, sebelumnya aku aku mengira Dia sudah kembali ke sisi Tuhan Yang Maha Esa karena terdengar berita adanya kecelakaan Pesawat yang dinaikinya, tapi ternyata tidak, ia masih hidup, tapi biarpun begitu aku tidak pernah tau apa yang terjadi padanya saat ini. Untuk melupakannya aku mencoba memperbanyak mata kuliahku, aku juga mengisi waktu luangku dengan bekerja, lumayan dapat honoran kecil-kecilan, dan yang lebih menolongku melupakannya adalah adanya Redo di kota ini karena dua minggu yang lalu Redo pulang dari tugas jauhnya.
Tiga bulan berlalu tanpa Rudi ada di dekatku, tanpa perhatiannya, tanpa tawa candanya, tanpa amarahnya yang selalu ditunjukan padaku dulu. mungkin itulah namanya cinta, ketika ia menemukan cinta maka ia akan melupakan diriku, dan aku menjadi sesuatu barang yang ga berharga sama sekali, yang harus dilupakan begitu saja. Aku merasa ini tidak adil, tapi apa bisa dikata semua memang telah terjadi. Ditengah kesepianku yang tidak juga bisa aku obati aku memutuskan untuk menerima Redo menjadi kekasihku, aku berharap bersamanya aku dapat meninggalkan perasaan kesepianku, aku berharap bersamanya aku akan merasa bahagia, yah sahabatku ini ternyata mempunyai perasaan tersimpan sejak lama, jadi bukan mustahil jika akhirnya kami berpacaran. Hubungan kami kian erat satu sama lain dan kebahagian menyelimuti kami meskipun aku tau aku kehilangan sahabatku Rudi.
"Heh...ngelamun...".."hemmmm...", suara Redo mengejutkanku, "e..e...e... ga kok...", jawabku terbata-bata, "Wei,... ada apa sih? ga bagus tau ngelamun gitu, kalo kmaren gue ga da disini lu boleh ngelamun mikirin gue, tapi kalo sekarang... ngapain, kan udah ada aku...hahhahahha", goda Redo tiba-tiba, "uh... dasar... iya..iya makanya kalo tugas jangan jauh-jauh napa, udah jauh lama lagi ga balik-balik, " jawabku, "btw.. elu mikir apa sich Wei.. aku liatin dari tadi kayanya gusar banget?" tanyanya lagi dengan penuh penasaran, "em..aku..aku.. aku keingetan Rudi, " jawabku dengan rasa ga enak banget mengatakannya, "emmm... udah gue duga, ngapain juga mikirin ntu orang, dia itu ga pantes dipikirin, biarin aja, namanya sahabat ga kaya gitu, masa lupain elu gitu ajah" jawabnya sekenanya, "Re... itu ga bener, dia pasti punya alasan ga ngubungin aku, mungkin dia sibuk, ato dia..."suaraku terburu putus karena tiba-tiba ponselku berbunyi dan ternyata Rudi menghubungiku, aku senang ia ingat aku, aku senang dia ga lupain aku dan aku ga kehilangan sahabat seperti dia. tapi satu berita yang ga pernah aku perkirakan terjadi, satu berita menyedihkan untuknya karena ternyata kekasihnya tidak setia, kekasihnya selingkuh. Oh my God, apa yang terjadi, tapi ini bukan merupakan bagian dari doaku, aku ga pernah menginginkan ini terjadi padanya meskipun aku ga rela dia pergi. "Wei... sekarang aku ga tau mesti gimana, hati aku hancur, kuliahku juga hancur, aku ga tau apa aku masih punya masa depan, Wei... aku ga pernah menyangka ini terjadi padaku, aku malu pada keluargaku, aku malu pada semua orang.. aku" itu kata-kata Rudi yang ga terucap seketika di telpon itu. Tanpa aku sadari tiba-tiba air mataku menetes, Redo menghapusnya dengan penuh kasih sayangnya. "Wei..sudahlah... kamu ga usah ikut sedih gitu, ini sudah keputusannya, jika ini terjadi padanya, aku rasa dia harus siap, sudahlah" kata Redo menghiburku.